Senin, 26 September 2011

AKU MENEMPUHMU

Add caption

Terus merabamu hingga jauh melampaui sepiku. Mengusap lembut pori-pori asmara yang tak jenuh berpeluh rindu.

Lantas...
Kau begitu tahu, aku terbata-bata menterjemahkan gemuruh saat kasihmu tanpa ampun menyandraku. Oh...betapa kunikmati siksa cinta ini.

Aku menjelajah terjal liku cemburu. Mengurai sayang pada tiap-tiap hangat kecupan.

Selalu kutitipkan pelukku hampir diseluruh titik gerakmu. Dingin itu jadi saksi. Aromamu pun meng-amini.

Kini yang tersisa hanya mesra yang menumpuk disegala penjuru.

Ah...
Mengapa kau begitu mencintaiku?

Suatu sore
Pada saat nanti
Tujuh Juli dua ribu sebelas
Entah dimana

Gumpang, 31 Maret 2011, 3:56pm

POSMO


Sayangku...
Maafkan aku yang dengan lancang menempatkanmu pada tiap-tiap titik imajinasiku..

Ku letakkan kau dengan gagah dibalik kemudi tronton besarmu saat kita berencana memborong semua tempe dan cabe di pasar tepi kota...

Tak jarang ku ajak kau untuk sering meninggalkan masjid lantas turun ke jalan menghabiskan malam menenggak kopi-kopi pahit...
Aku dengan tehku yang beradu asap rokokmu...

Sering pula ku andaikan kau menemaniku menaklukkan gunung-gunung ciptaan Tuhan,
atau sekedar menyusuri jalan-jalan panjang meninggalkan kota menjemput senja...

Bahkan jika suatu pagi di rumah kita menjelang, tanpa enggan kau cucikan piring-piring, bekas kita makan tadi malam...
Betapa sisa-sisanya menjelma asmara yang cukup memeluk kita hingga esok tiba

Sayangku...
Oh sayangku...
akan ku bingkiskan bola kulit bundar untuk kado tahun awal perjumpaan kita
dan tentunya kecupan manis karna kau begitu ada...

Sayangku...
Sungguh kita terlalu berbeda
Kecuali dalam cinta...

Gumpang, 28 Oktober 2010. 5:03pm

KITA, CUKUP

Duduklah disini... Ruang ini sudah begitu setia menemaniku. Seumur hidupnya tlah ia nyamankan meratapi kisah-kisahku sebagai anak manusia.

Duduklah disini... Urai semua gelisahmu jangan tersisa. Lantas kita maknai setiap liku keju langkahmu.
Duduklah disini... Ku tuang secangkir peradaban untukmu, karna kita akan merajalela melintasi fajar dan senja. Duduklah disini... Tak perlu lagi kau hirau akan titik atau jeda kehidupan.
Duduklah, duduk, nah begitu. Perkenalkan dirimu. Dan kitapun meruang dengan segala kegilaan jiwa. Hanya kita. Cukup berdua saja.